Jumat, 06 Mei 2011

MULTIPLE INTELLIGENCE



Urang awak
Sebuah ilustrasi
Ketika saya  berumur 10 tahun  saya menyadari banyak orang yang pintar di kelas, tapi dia angkuh dan seringkali terlibat dalam dunia perkelahian.Saat  saya memasuki SMP  juga menjumpai  banyak teman-teman saya yang cerdas dalam matematika tapi dia tak berdaya  pada mata pelajaran lain, namun nilainya tetap tinggi karena sudah dianggap pintar dan akhirnya juara, Hal serupa saya temui waktu memasuki SMA banyak mereka yang hebat dan menonjol waktu SMP tapi di SMA mereka tak memiliki prestasi yang mengagumkan dan malah terlibat dalam banyak kasuh perkelahian, merokok ( yang waktu itu dialarang untuk pelajar) dan larut dalam urusan percintaan karena tak mampu mengendalikan hasrat. Di penghujung SMA mereka tak dapat memasuki universitas yang favourite. Setelah tamat kuliah mereka tak dapat pekerjaan, karena waktu kuliah mereka tidak  sungguh-sungguh


Pada tahun 1904 Tahun 1950, Alfred Binet dan Theodore Simon, mengembangkan uji kecerdasan formal pertama. 1904 atau  1905 Binet diminta oleh komisi sekolah warga Kota Paris untuk menciptakan cara mengelompokkan anak-anak berdasarkan kemampuan mereka. Tujuan sebenarnya agak kurang baik, yaitu untuk menyaring anak-anak yang “lemah pikiran”, yang tidak akan diberi tunjangan sosial. Binet yakin benar bahwa kecerdasan adalah sebuah proses terpadu yang melibatkan pertimbangan, pemecahan masalah, dan penalaran. Keduanya merampungkan  dan menerbitkan uji IQ sehingga dia bisa memperoleh standar kinerja  uji tersebut untuk kelompok  umur berbeda.ini membentuk landasan yang kemudian dikenal dengan üsia mental”Hasil uji ini menunjukkan usia mental seseorang yang terkait dengan  tingkat rata-rata pertumbungan dan perkembangan intelektual
Tahun 1910 uji Binet-Simon dibawa ke AS, di Sana ada seorang pendidik dan pakar psikologi , Hendry Goddard, yang mendirikan sekolah swasta untuk anak “lemah pikiran”di New Jersey. Kemudian uji ini dimodifikasi  oleh Lewis Terman dari Universitas Standfor  dan dibakukan  untuk masyarakat Amerika yang lebih luas. Tes ini diujikan bukan hanya pada anak-anak, melainkan pada orang dewasa dan kemudian  dikenal dengan sebutan uji Standafor-Binet
Pada masa ini Secara umum IQ disepakati  sebagai faktor utama, bukan hanya saja disekolah, melainkan  juga ditempat kerja dan dalam hubungan pribadi,tetapi dalam waktu singkat mulai tampak kelemahannya, dan IQ dipermasalahkan. Mula-mula muncul sejumlah debat panjang yang berfokus pada pengaruh genetik dan lingkungan,nature ( sifat sejak lahir)  lawan Nurture ( karena pengaruh pengasuh). Perdebatan sengit muncul  sekitar perbedaan budaya dan ras . Menurut  pendebat IQ  bahwa  manusia secara tidak adil  dan sewenang-wenang  telah dikelompok- kelompokkan, ini merupakan langkah mundur. Tahun 1960-an  semakin banyak penelitian. Namun karena  tidak adanya kerangka alternatif yang andal, dalam perjalan waktu, IQ mampu bertahan sebagai santadar ( model), meskipun konsep awalnya diperdebatkan
Hampir delapan puluh  tahun setelah dikembangkan tes kecerdasan  yang pertama tersebut, psikolog Harvard,Howard Gardner mempersoalkan pengertian kecerdasan  yang diyakini  masyarakat itu. Howard Gardner telah mengembangkan model kecerdasan ini selama lebih dari dua puluh tahun. Dalam mengembangkan model kecerdasan ini, Gardner menjelajahi berbagai disiplin ilmu seperti neurobiologi, antropologi, psikologi, filsafat, dan sejarah.
Gardner mengembangkan Multiple Intelligence dengan menggunakan dasar dari hasil kerja para pakar, salah satunya adalah Jean Piaget. Gardner akhirnya sampai pada salah satu pandangan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Kecerdasan akan lebih tepat kalau digambarkan sebagai suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan bersifat laten, ada pada setiap manusia tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Dalam menjelaskan mengenai kecerdasan, Gardner menggunakan kata bakat atau telenta.[1]
Dia mengatakan bahwa penafasiran kecerdasan  di kebudayaan kita terlalu sempit. Sebagai gantinya, dalam bukunya frame of mind ( Gardner 1983)  Gardner mengemukakan  sekurang-kurangnya ada tujuh kecerdasan dasar. Belum lama berselang dia menambah kecerdasan yang kedelapan dan membahas  kemungkinan adanya kecerdasan yang kesembilan ( Gardner 1996b). Dengan teori Mamuk, Gardner berusaha memperluas lingkup potensi manusia melampaui batas nilai IQ. Dengan serius dia mempertanyakan keabsahan penilaian kecerdasan individu melalui tes-tes yang dilakukan diluar  lingkungan belajar alamiah dan yang dilakukan dengan meminta seseorang melakukan tindakan terisolasi yang belum pernah  ia lakukan sebelumnya, tidak akan pernah ia lakukan lagi. Sebagai gantinya, Gardner menyatakan bahwa  kecerdasan lebih berkaitan dengan kapasitas (1) memecahkan masalah dan (2) menciptakan produk di lingkungan yang kondisif dan alamaiah.Gardner  berpendapat bahwa  kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan  dalam kegiatan-kegiatan  yang bernilai budaya dan bahwa perkembangan seseorang dalam kegiatan tersebut mengikuti pola perkembangan  tertentu. Setiap kegiatan berbasis kecerdasan memiliki  lintasan  perkembangan masing-masing; yakni, setiap kegiatan memiliki waktu tertentu  untuk muncul  pada masa anak-anak atau mencapai puncaknya dalam kehidupan seseorang, serta memilki pola yang khas- apakah itu akan menurun dengan cepat atau bertahap seiring dengan pertumbuhan usia
Apabila perspektif yang lebih luas dan lebih pragmatis ini diterima , konsep kecerdasan tidak lagi menjadi sekedar mitos, tetapi menjadi konsep funsional yang dapat diterimui dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang beragam. Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi delapan kategori yang konprehensif  atau delapan  kecerdasan dasar ( Thomas Amstrong,2002:1-2 )
Adapun kedelapan kecerdasan itu adalah sbb;

1.      Verbal skill:  kemampuan dalam bidang bahasa.
2.      Mathemathical skills: suatu ketepatan dan menyukai berpikir abstrak dan terstruktur.
3.      Spatial skills : berpikir dengan menggunakan gambar, termasuk gambaran mental, capak bekerja dengan peta, grafik dan diagram, menggunakan gerakan untuk membantu pembelajaran.
4.      Musical skills : sensitif terhadap mood dan emosi, menyukai dan mengerti musik.
5.      Interpesonal skills : mudah bergail, mediator, pintar berkomunikasi.
6.      Intrapersonl skills : mengerti perasaan sendiri, dapat memotivasi diri sendiri, mengerti siapa dirinya, mengerti dan sangat memperhatikan nilai dan etika hidup.
7.      Bodily-kinestetic skills: kemampuan pengendalian fisik yang sangat baik, ahli dalam pekerjaan tangan, suka menyentuh dan memanipulasi obyek.
8.      Naturalist skills: mencintai lingkungan/alam, mampu menggolongkan obyek, mengenali, berinteraksi dengan hewan dan tanaman[2].

Hasil penelitian oleh para pakar accelerated learning dan metode pembelajaran menunjukkan bila semua kecerdasan ini ditumbuhkan, dikembangkan dan dilibatkan dalam proses pembelajaran, maka akan sangat meningkatkan efektivitas dan hasil pembelajaran.


Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan lingiustik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.
Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk menangani struktur bahasa (sintaksis), suara (fonologi) dan arti (semantik).Kecerdasan linguistik bersifat universal. Daerah Broca di otak kita bertanggungjawab terhadap kemampuan berkomunikasi, menghasilkan kalimat dengan struktur tata bahasa yang benar. Sedangkan daerah yang menangani pengertian terhadap informasi verbal yang kita dengar adalah daerah Wernick, pada lobus temporal.
Kemampuan mempeljari bahasa ada dalam diri setiap anak. Tidak peduli anak itu lahir di mana dan dari suku bangsa atau negara apa, apabila ia mendapat rangsangan auditori, anak akan mampu berbicara dengan bahasa yang digunakan di komunitasnya. Rangsangan auditori ini tentunya adalah bahasa yang digunakan orangtuanya.
Untuk bisa berhasil dalam mempelajari suatu bahasa. Mutlak dibutuhkan suatu lingkungan yang penuh dukungan. Yang memperbolehkan terjadinya kesalahan dalam proses pembelajaran, lingkungan yang menyenangkan dan menantang. Lingkungan seperti ini sangat menentukan kecepatan dan keberhasilan penguasaan suatu bahasa, pada masa-masa puncak daya serap dan kemampuan anak mempelajari bahasa ibunya. Dr. Georgi Lozanov sangat memahami persyaratan itu dan ia berhasil menciptakan kembali, melalui teknik suggestopedic[3] yang dikembangkan, suasana yang sangat kondusif ini. Tidak heran bila orang yang belajar bahasa asing dengan menggunakan teknik ini mempunyai tingkat keberhasilan yang sangat tinggi dengan kecepatan yang luar biasa.
Kecerdasan linguistik mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
Anak dengan kecerdasan linguistik yang terasah dengan baik akan menunjukkan kesukaan dalam bermain dan manipulasi kata. Mereka biasanya mempunyai perbendaharaan kata yang luas. Mereka menyukai puisi, rima, permaina kata, dan pintar mengeskpresikan diri mereka melalui bahasa tulisan maupun lisan.

Kecerdasan Matematis-Logis
Kemampuan menggunakan angka dengan baik ( misalnya, ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran dengan benar ( misalnya, sebagai ilmuwan, pemograman komputer, atau ahli logika).Orang dengan kecerdasan matematika dan logika yang berkembang adalah orang yang mampu memecahkan masalah, mampu memikirkan dan menyusun solusi dengan urutan yang logis. Mereka suka angka, urutan, logika danketeraturan. Meerka dapat mengerti pola dan hubungan serta mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif.
Menurut gardner, model perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget secara garis besar sebenarnya merupakan gambaran dari pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan matematika dan logika. Jadi, mulai dari interaksi anak dengan obyek dalam ruangan dan waktu, melalui pengenalan angka-angka dan perkembangan pemahaman akan simbol abstrak dan kemampuan untuk memanipulasi simbol tersebut dan implikasi dari hipotesis. Sebenarnya di sini kita dapat melihat suatu evolusi dari kecerdasan matematika dan logika.
Anak dengan kecerdasan matematik dan logika yang terasah dengan baik akan suka sekali dalam mencari penyelesaian suatu masalah, menunjukkan minat yang besar terhadap analogi dan silogisme. Mereka suka aktivitas yang melibatkan angka, urutan, pengukuran dan perkiraan.

Kecerdasan Visual dan Spasial
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual-spasial secara akurat, dan kemudian bertindak atas persepti tersebut. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran, dan juga hubungan akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran, dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut.
Jenis kecerdasan ini sangat menonjol dalam diri pemain catur, navigator, arsitek maupun desainer. Penyelesaian masalah dengan kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang, memanipulasi gambar secara tiga dimensi dalam ruang dan waktu. Hemisfer kanan atau otak kanan berperan besar dalam mengendalikan kegiatan ini. Orang yang mengalami kerusakan pada hemisfer kanan sering kehilangan kemampuan untuk mengenali wajah atau tempat, tidak mampu bergerakleluasa di antara benda atau obyek atau menemukan jalan untuk mencapai suatu tempat. Seringkali mereka juga sulit untuk ”melihat” melalui mata pikiran mereka (imajinasi).
Kecerdasan visual dan spasial sangat jelas terlihat pada anak-anak. Kemampuan ini terlihat dengan sangat jelas saat anak bermain dengan melibatkan imajinasi mereka. Pernahkan anda melihat anak bermain beberapa peran sekaligus, saling berkomunikasi atau main rumah-rumahan dan pasar-pasaran? Sebenarnya saat mereka bermain mereka sedang menggunakan kecerdasan visual dan spasial. Saat kanak-kanak adalah masa yang paling mudah untuk mengembangkan kecerdasan ini. Sering kali dengan bertambai usia kita etlah mulai kehilangan kemampuan ini, kemampuan untuk menggunakan imajinasi atau visualisasi. Tetapi ada kabar baik. Kemampuan atau kecerdasan ini, juga seperti kecerdasan lainnya, dapat kita latih dan kembangkan. Tidak jadi masalah berapa usia kita saat ini.
Hasil resit menunjukkan bahwa kemampuan untuk membentuk suatu gambar mental (baca: imajinasi atau visualisasi) melibatkan suatu proses aktivitas rangkaian elektro-kimiawi di otak yang efeknya sama bila kita melihat benda yang nyata. Jadi, baik kita melihat sesuatu yang riil ataukah kita melihat hanya dengan mata pikiran, efek yang timbul akan sama. Hal ini menjelaskan mengapat hanya dengan membayangkan makan jeruk yang masam akan membuat air liur keluar. Efeknya persis sama dengan makan jeruk yang sesungguhnya.
Orang yang telah mengembangkan kecerdasan visual dan spasial mereka dengan baik akan mampu untuk menciptakan kembali gambar dari kejadian atau obyek yang pernah mereka alami, termasuk mengingat kembali emosi yang berhubungan dengan pengelaman mereka.

Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar.
Otak kanan kita mengendalikan persepsi dan mencoptakan musik. Musik adalh bahasa universal. Dalam setiap suku bangsa di dunia ini, musik selalu hadir menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari identitas mereka. Bakat musik muncul pada usia yang sangat dunia. Banyak contoh klasik yang dapat kita temui yang membuktikan hal ini. Mozart adalah salah satu contoh yang paling mudah kita ingat.
Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seorang anak. Murid di suatu sekolah vokal, yang mayoritas kurikulumnya adalah tentang seni dan suara, ternyata menujukkan kemampuan yang tinggi dalam bidang matematika. Banyak peneliti yang percaya bahwa kemampuan di bidang matematika dan ilmu sains ini berkembang karena murid sejak kecil telah dilatih memanipulasi nada suara, tempo, ritme, dan mengerti hubungan di antara simbol atau notasi musik.
Saat dilakukan survei di 17 negara terhadap kemampuan anak didik, usia 14 tahun, dalam bidang sains, ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hognaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat diteliti lebih dalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur seni dan musik secara intensif kedalam kurikulum mereka. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Dr. Mark Tramko, ahli saraf dari Harvad Medical School, yang membuktikan adanya tumpang tindih pada sel otak yang memproses musik, bahasa, logika-matematika dan abstract-reasoning.
Penggunaan musik di dalam kelas dapat membantu menciptakan mood atau suasana yang mendukung proses pembelajaran. Musik dapat menciptakan suasana yang rileks namun waspada. Musik dapat juga membangkitkan semangat.
Anak dengan kecerdasan musik yang berkembangan akan suka bernyanyi, menyukari ritme, puisi,jingle dan membuat suara-suara yang tidak berarti namun sangat mereka sukai. Mereka dapat belajar dengan lebih maksimal bila musik menemani proses pembelajaran mereka. Mereka dapat membuat lagu dan memasukkan informasi yang ingin mereka pelajari ke dalam lagu tersebut.

Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Kecerdasan ini juga melibatkan kepekaan pada ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh dari oarng lain dan mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.
Saat kecerdasan personal, interpersonal dan intrapersonal digunakan, maka dalam operasinya kecerdasan personal ini cenderung mengaktifkan dan menggunakan bentuk kecerdasan lainnya.
Kecerdasan interpersonal adalah suatu kemampuan untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap, kepribadian dan karakter orang lain. Dengan menggunakan kecerdasan interpersonal, kita akan mampu mengamati perubahan kecil yang terjadi pada mood, perilaku, motivasi dan perhatian orang lain. Mereka yang berhasil mengembangkan kecerdasan ini dengan sangat baik akan sangat mudah untuk menjadi seorang ahli terapi, konselor, guru, penjual, pembimbing atau mentor dan pembicara publik.
Murid dengan kecerdasan interpersonal yang berkembang dengan baik akan sangat menikmati kegiatan kelompok dan collaborative learning. Mereka juga sangat suka dengan kegiatan yang mengharuskan mereka melakukan pengamatan interaksi manusia, melakukan wawancara dengan orang dewasa, menetapkan aturan kelas, menentukan dan membagi tugas dan tanggung jawab dan mengikuti permainan yang melibatkan upaya menyelesaikan suatu konflik.untuk melihat secara rinci komponen kecerdasan Interpersonal ( lihat Daniel G. Hal. 166-167, emotional intellegence)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar